Jumat, 08 Mei 2009

Harapan

Dahulu, ada seorang pengusaha yg cukup berhasil di kota ini. Ketika sang suami jatuh sakit, satu per satu pabrik mereka dijual. Harta mereka terkuras utk berbagai biaya pengobatan hingga mereka harus pindah ke pinggiran kota & membuka rumah makan sederhana. Sang suami pun telah tiada.

Beberapa tahun kemudian rumah makan itu pun harus berganti rupa menjadi warung makan yg lebih kecil sebelah pasar. Setelah lama tak mendengar kabarnya, kini setiap malam tampak sang istri dibantu oleh anak & menantunya menggelar tikar berjualan lesehan di alun2 kota. Cucunya sudah beberapa. Orang2 pun masih mengenal masa lalunya yg berkelimpahan. Namun ia tak kehilangan senyumnya yg tegar saat melayani para pembeli.

"Wahai ibu, bagaimana kau sedemikian kuat?"
"Harapan nak! Jangan pernah kehilangan harapan. Bukankah guru dunia pernah berkata karena harapanlah seorang ibu menyusui anaknya, karena harapanlah kita menanam pohon meski kita tahu kita tak akan sempat memetik buahnya yg ranum bertahun-tahun kemudian. Sekali kau kehilangan harapan, kau akan kehilangan kekuatanmu utk menghadapi dunia."

Tidak ada komentar: